Sistem Keselamatan Berantakan: Truck Trailer Gagal Rem di Karambol Tol Jangli–Gayamsari

Semarang – //DJALAPAKSINEWS// — (24/11/2025), Kemacetan, kerusakan, bahkan nyawa, sementara sistem pengawasannya tetap tidak berubah. Sebuah truk trailer bermuatan baja melaju dari arah Jangli. Diduga kuat mengalami kegagalan rem, kendaraan raksasa ini kehilangan kontrol dan menabrak sejumlah mobil di depannya. Benturan keras membuat muatan baja berserakan, melintang dari satu sisi jalan ke sisi lainnya—efek domino yang langsung menutup dua jalur sekaligus .

Hasilnya: tol lumpuh total , bukan sekadar tersendat. Kedua arah, Jangli maupun Gayamsari, mengular dengan antrean kendaraan berkilometer . Dari sedan, bus, hingga ambulans, semuanya terjebak tanpa bisa bergerak. Pada pukul 13.50 WIB , evakuasi masih berlangsung, dan sejumlah petugas terlihat memindahkan batang-batang baja yang berat.

Lagi-lagi Rem Blong, Lagi-lagi Kita Bertanya: Apa yang Sebenarnya Diawasi?

Kasus “rem blong” seakan menjadi frase klasik yang terus diulang setiap tahun, namun menyebabkan jarang dibedah serius . Padahal, sebagian besar pengemudi truk sendiri sering mengeluhkan:

  • rem jarang diperiksa dengan standar yang ketat,
  • kendaraan dipaksa jalan meski kelebihan muatan,
  • sopir mengejar target muatan,
  • dan pengusaha angkutan kerap mengambil jalan pintas demi efisiensi biaya.

Dan semua ini terjadi sementara masyarakat selalu diminta “bersabar” setiap kali kecelakaan terjadi.

Muatan Baja Berserakan, Negara Seakan Tidak Belajar

Muatan baja yang jatuh dan memotong dua jalur adalah gambaran paling jelas betapa kita membiarkan kendaraan berisiko tinggi melintas tanpa kontrol yang memadai . Kecelakaan ini bukan hanya masalah teknis, tetapi juga:

  • lemahnya pengawasan perusahaan angkutan,
  • minimalnya pemeriksaan mendadak kendaraan berat,
  • dan infrastruktur yang mungkin tidak lagi layak untuk menahan beban dan frekuensi kendaraan besar.

Setiap tahun kita berbicara tentang keselamatan jalan raya, namun yang berubah hanya jumlah korban dan panjang kemacetan , sementara sistem tetap stagnan.

Pengguna Jalan Menjadi Korban Siklus Tak Berujung

Siang itu, ribuan pengendara tak hanya kehilangan waktu. Mereka adalah korban dari kegagalan rantai panjang: dari perusahaan angkutan, pihak pengelola jalan, hingga lembaga pengawasan. Sopir truk yang sebenarnya hanya berusaha bekerja pun sering menjadi kambing hitam terakhir—padahal solusinya jauh lebih struktural.

Di Mana Solusi Sistemik?

Berulangnya kejadian seperti ini menuntut jawaban yang bukan lagi sekedar imbauan “hati-hati di jalan”.

Yang dibutuhkan:

  • Audit kelayakan terhadap truk-truk bertonase besar,
  • Rem standar dan kargo yang pengawasan ketat,
  • Sanksi keras bagi perusahaan angkutan yang mengoperasikan armada tak layak,
  • Dan teknologi pengawasan otomatis di ruas tol berisiko tinggi.

Tanpa itu semua, berita tentang “truk rem blong” hanya akan menjadi template yang tinggal disaring setiap minggu.

Sementara Itu, Publik Diminta Cari Jalur Lain

Pada akhirnya, pesen yang disampaikan kepada masyarakat tetap sama:
“Harap cari jalur alternatif.”
Seakan publik yang terjebak macet bertanggung jawab atas kekacauan yang sebenarnya berasal dari sistem pengawasan yang setengah hati.

Sampai berita ini diturunkan, proses evakuasi masih berlangsung dan belum ada pernyataan resmi terkait korban. Namun yang jelas, Sabtu siang di Tol Jangli–Gayamsari ini kembali menunjukkan bahwa kita hidup dinegara yang membiarkan rem blong sebagai rutinitas jalan Raya.//Bang_Ali//

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Contoh Menu Header Tetap